Selasa, 06 Januari 2015

Genosida di Semenanjung Balkan


Bosnia dan Herzegovina, juga dikenal sebagai Republik Bosnia dan Herzegovina, adalah sebuah negara di semenanjung Balkan di selatan Eropa seluas 51.129 km² (19.741 mil2) dengan jumlah sekitar empat juta penduduk. Negara Bosnia dikenal dalam bahasa resminya sebagai Bosna i Hercegovina dalam huruf Latin dan Босна и Херцеговина dalam huruf Sirilik. Namun biasanya, dipendekkan menjadi Bosnia, BiH atau БиХ .
Negara ini didiami oleh tiga kelompok etnik yang utama: Bosnia, Serbia dan Kroasia. Warga Bosnia secara umum dikenali sebagai Bosnians dalam bahasa inggris tanpa memandang bangsa mereka. Pemerintahan negara ini dilakukan secara terpencar dan negara Bosnia sebenarnya terdiri dari persekutuan dua buah wilayah yang utama, yaitu, Federasi Bosnia  Herzegovina dan Republika Srpska.
Dibatasi oleh Kroasia di utara, barat dan selatan, Serbia di timur, dan Montenegro di selatan, Bosnia dan Herzegovina adalah sebuah negara yang dikelilingi oleh daratan kecuali pesisir pantai Laut Adriatik yang sepanjang 20 km yang berpusat di kota Neum. Pedalaman negara ini penuh dengan pegunungan dan juga sungai yang kebanyakan tidak bisa ditempuh. Ibukota yang sekaligus kota terbesar ialah Sarajevo.
Salah satu peristiwa terbesar dari negara ini adalah genosida yang dilakukan negara Serbia pada tahun 1992 sampai 1995. Genosida atau pembantaian massal adalah sebuah pemusnahan besar – besaran secara sistematis yang dilakukan terhadap suku bangsa atau kelompok tertentu dengan maksud menghilangkan populasi mereka dari suatu wilayah. Kata ini pertama kali digunakan oleh seorang ahli hukum Polandia bernama Raphael Lemkin pada tahun 1944 dalam bukunya Axis Rule In Occupied Europe yang diterbitkan di Amerika Serikat. Sumber lain juga menyatakan, genosida ialah salah satu dari empat pelanggaran HAM berat yang berada dalam yuridiksi International Criminal Court.
Pembantaian massal yang terjadi di Bosnia – Herzegovina merupakan salah satu dari banyak contoh genosida yang telah terjadi selama ini. Peperangan yang berawal dari perbedaan cara pandang mereka dalam memahami keyakinan dan kepentingan satu sama lain berujung pada peristiwa pembantaian massal yang dilakukan oleh tentara Ultra nasionalis Serbia terhadap etnis Bosnia yang mayoritas Islam. Ketika peperangan berlangsung banyak dari tentara Ultra nasionalis yang melakukan kekejaman tiada tara seperti pembunuhan terhadap penduduk sipil (terutama warga Muslim), pemerkosaan massal, pemindahan penduduk secara paksa, dan pengerusakan fasilitas umum.
Awal mula konflik yaitu pada tanggal 3 Maret 1992 melalui sebuah penyelenggaraan referendum, rakyat Bosnia – Herzegovina menyepakati pemisahan diri mereka dari Yugoslavia dan dalam waktu singkat mendirikan negara Republik Bosnia – Herzegovina. Pemisahan diri Bosnia ini menjadi titik awal dari perang etnis terbesar dalam sejarah Eropa kontemporer. Perang ini timbul akibat kekecewaan etnis Serbia yang bermukim di Bosnia atas hasil referendum sebelumnya. Dukungan terhadap etnis Serbia yang bermukim di Bosnia akhirnya datang dari tentara Ultra nasionalis Serbia di bawah komando Slobodan Milosevic.
            Suatu peristiwa berdarah yang tak akan terlupakan dari memori ingatan kita adalah pembantaian warga Muslim Bosnia di Srebenica oleh tentara Ultra Nasionalis Serbia. Tentara Ultra nasionalis Serbia yang terkenal akan kekejamannya menjadikan kaum Muslim Bosnia sebagai target utama agresi mereka. Ribuan warga sipil Bosnia dibunuh secara membabi buta oleh tentara Ultra nasionalis Serbia setiap harinya. Ratusan perempuan Muslim Bosnia juga menjadi sasaran kebejatan moral tentara tersebut, banyak dari mereka yang diperkosa. Akibat kekejaman tersebut rakyat Bosnia mulai bangkit dan mulai melakukan perlawanannya terhadap tentara Ultra nasionalis Serbia.
Serbuan tentara Ultra nasionalis Serbia dari arah timur dan utara semakin mencekik nasib warga sipil Bosnia. Wilayah timur Bosnia sebagian besar telah dikuasai oleh tentara Ultra nasionalis Serbia. Meskipun gerilyawan Bosnia memberi perlawanan yang gigih, bahkan terkadang berhasil merebut kembali kantung – kantung wilayah yang telah dikuasai lawannya, namun dari sudut militer mereka bukan lawan yang seimbang dengan tentara Ultra nasionalis Serbia yang cukup terlatih. Strategi Jendral Ratko Mladic yang menerapkan penyerbuan secara besar – besaran dalam suatu front melebar terbukti efektif mengurung posisi para gerilyawan Bosnia di wilayah pedalaman.
 
            Perang Serbia – Bosnia berlangsung selama 43 bulan dan telah menewaskan 250.000 lebih warga Muslim Bosnia, dan 1.5 juta lainnya terpaksa hidup dalam pengungsian. Sebagian besar korban pembantaian yang dilakukan oleh tentara Ultra asionalis Serbia di kubur secara massal dalam suatu tempat guna menutupi kekejian mereka dari dunia internasional. Petinggi militer Serbia dan penguasa rezim fasis di Yugoslavia diduga menjadi otak dari semua peristiwa berdarah tersebut. Para tokoh seperti Radovan Karadzic, Ratko Mladic, Milan Gvero dan Soblodan Milosevic adalah arsitek utama genosida di Bosnia – Herzegovina.
           
Peristiwa berdarah di Bosnia ini sepertinya sengaja dilupakan. Banyak opini yang beranggapan bahwa apabila rakyat Bosnia mayoritas beragama Kristen mungkin Barat (AS dan Eropa Barat) tidak akan tinggal diam selama tiga setengah tahun menyaksikan pembantaian massal pada puluhan ribu warga Muslim Bosnia yang dilakukan dengan cara – cara yang sedemikian tragis. Keputusan Mahkamah Internasional membatalkan tuntutan Bosnia kepada Serbia agar bertanggung jawab atas genosida terhadap warga Muslim Bosnia di kota Srebenica memunculkan spekulasi bahwa keputusan tersebut telah diintervensi oleh beberapa pihak yang tidak bertangung jawab.
            Penolakan Mahkamah Internasional terhadap kasus genosida warga Muslim Bosnia oleh tentara Ultra nasionalis Serbia amat berbanding terbalik dengan nasib skandal Holocaust. Holocaust adalah genosida yang dilakukan oleh pemerintahan Jerman NAZI terhadap kaum Yahudi Eropa ketika Perang Dunia II. Holocaust pada saat ini telah menjadi hal yang amat sensitif bagi masyarakat Eropa. Oleh karena itu menolak Holocaust dipandang sebagai sikap tidak bermoral. Akhirnya, jika Yahudi mampu menyulap Holocaust sebagai komoditas yang dapat menghasilkan fulus hingga miliaran Dollar, namun di sisi lain Genosida terhadap warga Muslim Bosnia hanya menjadi bukti sejarah yang membusuk di tengah matinya keadilan.
Tanggapan :
Kasus genosida di Bosnia-Herzegovina merupakan salah satu contoh dari sekian banyak upaya barat untuk membersihkan Eropa dari pengaruh Islam. Kasus seperti ini seharusnya tidak boleh terjadi lagi, tapi itu hanya angan-angan. Faktanya masih ada kasus genosida di dunia ini,terbaru, genosida yang dilakukan rakyat Myanmar terhadap Muslim Rohingya.

Sumber dan referensi :

Husaini, Adian (2004). Tinjauan Konflik Yahudi, Kristen, Islam. From http://sejarahunj.blogspot.com/2010/05/genosida-di-bosnia.html, 7 Januari 2015